LAPORAN OBSERVASI PERUSAHAAN
INDUSTRI
“PT SABDO PALON”
Nguter, Sukoharjo
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Biaya
Yang Diampu Oleh Dr. Susilaningsih,
M.Bus.
Disusun oleh :
Catur Arumsari K7413032
Febriani Melianawati K7413063
Titik Yuniati K7413160
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun
haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun masih memiliki banyak kesempatan untuk mensyukuri nikmat-Nya.
Atas kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya pula penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan laporan hasil observasi di perusahaan industri menengah ini dengan
baik. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing, Ibu Susi,
yang telah membimbing penyusun dalam proses observasi maupun penyusunan
laporan. Tak lupa kepada Perusahaan Jamu Sabdo Palon di Nguter, Kabupaten
Sukoharjo yang sudah menerima penyusun untuk melakukan observasi di perusahaan
tersebut dan untuk teman-teman seperjuangan yang turut memotivasi penyusun
dalam menyelesaikan laporan ini.
Laporan observasi ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Akuntansi Biaya”. Selain itu, kegiatan ini juga untuk menambah pengetahuan
penyusun mengenai prosedur produksi, prosedur pengelolaan persediaan, dan
komponen beban pemasaran di industri serta mengembangkan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan proses tersebut.
Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan membuat perbaikan pada
penyusun di tugas-tugas selanjutnya. Terimakasih.
Surakarta, 30 Mei 2015
Penyusun,
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan...................................................................................................
2
BAB II Hasil
Observasi
A.
Keadaan Umum Perusahaan
……………………………………….. 3
B. Prosedur
Produksi di PT Sabdo Palon.................................................
4
C. Prosedur
Pengelolaan Persediaan di PT Sabdo Palon..........................
19
D. Komponen
Beban Pemasaran...............................................................
22
BAB III
PENGEMBANGAN BUKTI AKUNTANSI BIAYA
A. Dokumen
Proses Produksi ………………………………………….. 24
B. Dokumen
Pengelolaan Persediaan …………………………………. . 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................................... 32
B. Saran
.................................................................................................... 32
Lampiran
A.
Gambar Alat-alat produksi
…………………………………………. 34
B.
Dokumentasi Kegiatan
……………………………………………... 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan
merupakan aspek penting bagi manusia. Pendidikan dapat ditempuh melalui
pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan formal meliputi sekolah di tingkat
dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan nonformal meliputi
kursus keahlian seperti menjahit, kursus memasak, dan lain-lain. Semua jenis
pendidikan tersebut ditujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi peserta
didik. Akan tetapi tidak hanya sebatas itu saja, pendidikan utamanya bertujuan
untuk adalah peningkatan iman dan taqwa serta pengembangan karakter peserta
didik atau sering dikenal dengan 3 (tiga) aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam dunia
pendidikan saat ini, diterapkan konsep teori dan praktik. Hal ini dilakukan
untuk menunjang pengembangan ketiga aspek tersebut. Salah satu mata kuliah yang
menuntut adanya praktik lapangan yaitu mata kuliah akuntansi biaya. Hal ini
dikarenakan akuntansi biaya adalah mata kuliah yang cukup rumit, konsep dasar
harus kuat, dan penerapan di dunia industri sangat beragam.
Meskipun lulusan
dari pendidikan akuntansi diprioritaskan menjadi tenaga pendidik, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa lulusannya juga akan bekerja di bank dan
industri. Sehingga pengalaman langsung di dunia usaha dan industri sangat
dibutuhkan. Maka dari itu, tugas observasi mengenai sistem akuntansi biaya
terkait prosedur produksi, pengelolaan persediaan, dan komponen beban pemasaran
ini kami lakukan di salah satu perusahaan industri di Kabupaten Sukoharjo yaitu
Perusahaan Jamu (PT) Sabdo Palon.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
deskripsi PT Sabdo Palon?
2. Bagaimana
prosedur produksi di PT Sabdo Palon?
3. Bagaimana
prosedur pengelolaan persediaan di PT Sabdo Palon?
4. Apasaja
komponen beban pemasaran di PT Sabdo Palon?
5. Dokumen
apasaja yang digunakan di PT Sabdo Palon terkait prosedur produksi dan
persediaan?
6. Dokumen
apa yang disarankan untuk prosedur produksi dan persediaan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
deskripsi PT Sabdo Palon
2. Mengetahui
prosedur produksi di PT Sabdo Palon
3. Mengetahui
prosedur pengelolaan persediaan di PT Sabdo Palon
4. Mengetahui
komponen beban pemasaran di PT Sabdo Palon
5. Mengetahui
dokumen apasaja yang digunakan di PT Sabdo Palon terkait prosedur produksi dan
persediaan
6. Mengetahui
dokumen apa yang disarankan untuk prosedur produksi dan persediaan
BAB II
HASIL OBSERVASI
A. Keadaan
Umum Perusahaan
1. Sejarah
Perusahaan
Perusahaan jamu
Sabdo Palon merupakan perusahaan yang bergerak dibidang obat-obatan tradisional
atau disebut jamu. Perusahaan jamu Sabdo Palon didirikan sekitar tahun 1976
oleh bapak Giyanto di Jalan Raya Nguter Desa Gatak Rejo Rt.01 Rw.06 Nguter,
Sukoharjo. Sebelum berbentuk perusahaan, pemilik memulai kiprahnya dengan pengadaan
bahan jamu kecil-kecilan. Pemilik memasok bahan-bahan ke pengrajin jamu yang
sudah banyak berdiri di wilayah Nguter. Melihat peluang pasar yang masih
terbuka lebar, pemilik mencoba belajar dan meramu jamu, pada tahun 1979 mulai
membuka usaha meramu jamu. Dengan keterbatasan modal yang dipunyai, maka
pengelolaan atau pembuatan jamu masih menggunakan cara-cara tradisional, yaitu
meramu bahan-bahan mentah dalam bentuk racikan dan belum berupa serbuk. Dalam
pembuatan tersebut belum mesin tapi masih menggunakan tenaga manusia yang
sebagian besar oleh keluarga sendiri dan hanya 1 – 2 dengan tenaga luar. Untuk
pemasaran dengan membuka kios di pasar Nguter.
Usaha ini
semakin lama semakin berkembang dan untuk lebih memantapkan usahanya, pimpinan
mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian sebagai pengrajin jamu, yaitu
pada tahun 1982. Dengan perkembangan usaha tersebut maka tenaga kerja tidak
cukup kalau hanya mengandalkan tenaga kerja dari keluarga saja. Untuk itu
pimpinan perusahaan Sabdo Palon mulai menerima tenaga kerja dari luar daerah
setempat. Pada awal tahun 1993, Perusahaan Jamu Sabdo Palon membeli mesin
pengemas jamu. Setelah 30 tahun berkiprah, Sabdo Palon berubah menjadi sebuah
perusahaan besar. Proses pembuatan jamu sudah semakin modern dengan menggunakan
mesin-mesin canggih. Produk-produk jamu Sabdo Palon bermanfaat untuk pria atau
wanita, remaja atau orang tua, dalam keadaan sehat maupun sakit. Jamu-jamu
Sabdo Palon dibuat dari bahan-bahan alami bersih dari zat-zat kimia berbahaya
bagi tubuh manusia. Diramu oleh ahli yang menghasilkan jamu berkhasiat.
Sekarang Sabdo Palon sudah mempekerjakan ribuan karyawan. Sabdo Palon
mengembangkan usahanya guna mempromosikan produk-produknya. Jamu berkembang
hampir di semua daerah di Jawa Tengah. Maksudnya, di setiap daerah bisa
dipastikan ada penjaja jamu tradisional, baik yang dijajakan secara gendongan
maupun yang dijual dalam bentuk kemasan. Kabupaten Sukoharjo termasuk salah
satu daerah yang memiliki sentra industri jamu yang mampu menghidupkan
perekonomian sebuah daerah. Sampai saat ini,pemasaran jamu buatan PT ini sudah
tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah, diantaranya Klaten, Sragen, dan
Solo.
2. Identitas
Perusahaan
a. Nama
Perusahaan : PT Sabdo Palon
b. Alamat : Jalan Raya Nguter
Desa Gatak Rejo Rt.01 Rw.06 Nguter, Sukoharjo
c. Jenis
Usaha : Industri
(Manufaktur)
B. Prosedur
Produksi
PT Sabdo Palon memproduksi beberapa
jenis jamu diantaranya jamu serbuk, jamu pil, dan jamu instan. Prosedur
produksi untuk ketiga jenis jamu tersebut berbeda-beda. PT Sabdo Palon memiliki
beberapa pabrik yang terpisah akan tetapi untuk proses produksi jamu tersebut
berada disatu pabrik. Hanya saja tidak satu bangunan dengan bagian administrasi
sehingga proses sampai ke gudangnya belum kami ketahui. Berikut adalah alur
produksi dari pembuatan jamu :
1. Jamu
Serbuk
|
|
|
|
|
|
= Belum ada dokumen
|
|
|
|
|
|
|
Peracikan
|
= Belum ada dokumen
|
|
|
|
|
|
|
Pengeringan Singkat
|
= Belum ada dokumen
|
|
|
|
|
|
|
Penggilingan
|
= Belum ada dokumen
|
|
|
|
|
|
|
Pengayakan
|
= Belum ada dokumen
|
|
|
|
|
|
|
Pengecekan Kualitas
|
= Sudah ada dokumen (kartu pemeriksaan)
|
|
|
|
|
|
|
Pengemasan
|
= Sudah ada ada dokumen (pencatatan produk)
|
|
|
a. Pengeringan
Bahan Baku
Pengeringan bahan baku adalah
proses penjemuran bahan baku yang telah dipesan. Pengeringan ini dibantu oleh
sinar matahari sehingga panas yang didapat sempurna dan proses pengeringannya
baik
b. Peracikan
Setelah bahan baku jamu diproses
sampai diperoleh bahan baku yang kering dan bersih, maka proses selanjutnya
adalah peracikan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula atau
resep jamu yang telah ditentukan. Peracikan dilakukan apabila mendapatkan
pesanan jamu sesuai dengan permintaan konsumen dan jenis jamu yang laku
dipasaran. Untuk menjaga kerahasiaan formula, peracikan dilakukan sendiri oleh
pemilik dan diserahkan kepada pihak bagian produksi yang termasuk keluarga
pemilik perusahaan yang kemudian dilakukan penggilingan. Proses peracikan jamu
di Perusahaan Jamu Sabdo Palon biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar,
bahkan sampai berton-ton. Peracikan jamu dilakukan apabila ada permintaan pasar
atau pemesanan jamu. Peracikan dilakukan dalam skala besar hal ini ditujukan
untuk menghemat biaya transportasi pengiriman bahan baku dari Nguter ke tempat
penggilingan di Giriwoyo
c. Pengeringan
Singkat
Pengeringan singkat ini dilakukan
bersamaan dengan proses peracikan. Karena peracikan jamu dilakukan dalam jumlah
yang besar di halaman pengeringan. Tujuan dari pengeringan singkat ini adalah
untuk mengurangi jumlah kadar air yang dimungkinkan bertambah pada saat proses
penyimpanan
d. Penggilingan
Bahan baku yang sudah diracik
sesuai dengan resep atau formulanya kemudian dimasukkan dalam gudang racikan
untuk dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan ini dilakukan untuk
mereduksi ukuran bahan. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon ada dua jenis
penggilingan yaitu:
1)
Penggilingan untuk jamu pahitan
(sambiloto), penggilingan ini dilakukan dengan mesin penggiling biasa karena
tingkat kehalusan tidak begitu dipermasalahkan. Karena untuk jamu pahitan
biasanya digunakan sebagai campuran jamu jenis godogan. Tenaga penggerak yang
digunakan untuk menjalankan mesin penggiling ini adalah mesin Truk Fuso.
2)
Mesin penggiling untuk bahan-bahan baku
berupa rimpang atau selain sambiloto. Pada proses penggilingan ini dilakukan di
daerah Giriwoyo. Hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan masuk
kesana. Hal ini ditujukan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan. Pada proses
penggilingan ini ada tiga tahap yaitu:
a) Tahap
I (Disc Mill I)
Mesin penggiling ini tidak
dilengkapi dengan ayakan dan berfungsi menghancurkan simplisia sehingga
diperoleh pecahan simplisia yang masih kasar. Kapasitas mesin ini sekitar 50
Kg. Hasil penggilingan Disc Mill I kemudian masuk ke Disc Mill II.
b) Tahap
II ( Disc Mill II)
Mesin ini sudah dilengkapi saringan
80 mesh. Hasil dari tahap penggilingan II sudah berupa sebuk agak kasar yang
disebut tetes. Hasil penggilingan mengalami susut berat dari 200 Kg menjadi ±
180 Kg. Hasil penggilingan tahap ini kemudian diayak menggunakan ayakan 80
mesh. Hasil penggilingan Disc Mill II kemudian masuk ke tahap III (Raymond)
c) Tahap
III (Raymond)
Mesin ini digunakan untuk
menggiling tetes yang tidak lolos pada proses pengayakan 80 mesh dan 100 mesh.
Prinsip kerja dari mesin penggiling ini adalah menggunakan gigi yang melingkar
dengan posisi horisontal dan dilengkapi alat vacum sedangkan tetes yang kasar
akan digiling lagi. Hasil penggilingan ini adalah serbuk yang sangat halus
seperti debu
e. Pengayakan
Proses Pengayakan dilakukan setelah
penggilingan. Proses ini bertujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusan serbuk
jamu. Proses pengayakan jamu dilakukan dengan mesin pengayak ukuran 100 mesh.
Apabila dari mesin pengayak terdapat serbuk yang tidak lolos maka akan
dikembalikan ke bagian penggilingan untuk diikutkan dalam proses penggilingan
berikutnya yang untuk sementara disimpan dalam tong plastik. Untuk sisa
terakhir diayak dengan ayakan manual dengan tetap menggunakan ukuran kehalusan
yang sama. Serbuk yang tidak lolos melalui ayakan manual merupakan ampas. Di
Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki dua buah mesin pengayak yang digunakan
untuk mengayak dua bahan yang berbeda yaitu untuk mengayak jamu pahitan seperti
sambiloto dan jamu selain pahitan misalnya rimpang, biji, daun, dll
f. Pengecekan
Kualitas
Setelah menjadi serbuk, lalu dibawa
ke tempat bernama “Antara” sebelum dikemas untuk dicek dahulu kesesuaian
takaran, kualitas, dan jumlahnya.
g. Pengemasan
Setelah dicek, lalu dikemas.
Kemasan yang digunakan tergantung dari jenis jamu apa yang dibuat, lalu setelah
dikemas per biji kemudian dikemas perplastik yang isinya 5-10 biji lalu dimasukkan
ke kardus.
2. Jamu
Pil
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Peracikan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengeringan Singkat
|
|
|
|
|
|
|
|
Penggilingan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengayakan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pencampuran I
|
|
|
|
|
|
|
|
Pencampuran II
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemadatan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pencetakan Pil
|
|
|
|
|
|
|
|
Sortasi Pil
|
|
|
|
|
|
|
|
Coating
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengovenan
|
|
|
|
|
|
|
|
Coating dan Spray Dryer
|
|
|
|
|
|
|
|
Proses Pengemasan dan Pelabelan
|
|
|
|
|
|
a. Pengeringan
Bahan Baku
Pengeringan bahan baku adalah
proses penjemuran bahan baku yang telah dipesan. Pengeringan ini dibantu oleh
sinar matahari sehingga panas yang didapat sempurna dan proses pengeringannya
baik.
b. Peracikan
Setelah bahan baku jamu diproses
sampai diperoleh bahan baku yang kering dan bersih, maka proses selanjutnya
adalah peracikan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula atau
resep jamu yang telah ditentukan. Peracikan dilakukan apabila mendapatkan
pesanan jamu sesuai dengan permintaan konsumen dan jenis jamu yang laku dipasaran.
Untuk menjaga kerahasiaan formula, peracikan dilakukan sendiri oleh pemilik dan
diserahkan kepada pihak bagian produksi yang termasuk keluarga pemilik
perusahaan yang kemudian dilakukan penggilingan. Proses peracikan jamu di
Perusahaan Jamu Sabdo Palon biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar, bahkan
sampai berton-ton. Peracikan jamu dilakukan apabila ada permintaan pasar atau
pemesanan jamu. Peracikan dilakukan dalam skala besar hal ini ditujukan untuk
menghemat biaya transportasi pengiriman bahan baku dari Nguter ke tempat
penggilingan di Giriwoyo.
c. Pengeringan
Singkat
Pengeringan singkat ini dilakukan
bersamaan dengan proses peracikan. Karena peracikan jamu dilakukan dalam jumlah
yang besar di halaman pengeringan. Tujuan dari pengeringan singkat ini adalah
untuk mengurangi jumlah kadar air yang dimungkinkan bertambah pada saat proses
penyimpanan.
d. Penggilingan
Bahan baku yang sudah diracik
sesuai dengan resep atau formulanya kemudian dimasukkan dalam gudang racikan
untuk dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan ini dilakukan untuk
mereduksi ukuran bahan. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon ada dua jenis
penggilingan yaitu:
3)
Penggilingan untuk jamu pahitan
(sambiloto), penggilingan ini dilakukan dengan mesin penggiling biasa karena tingkat
kehalusan tidak begitu dipermasalahkan. Karena untuk jamu pahitan biasanya
digunakan sebagai campuran jamu jenis godogan. Tenaga penggerak yang digunakan
untuk menjalankan mesin penggiling ini adalah mesin Truk Fuso.
4)
Mesin penggiling untuk bahan-bahan baku
berupa rimpang atau selain sambiloto. Pada proses penggilingan ini dilakukan di
daerah Giriwoyo. Hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan masuk
kesana. Hal ini ditujukan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan. Pada proses
penggilingan ini ada tiga tahap yaitu:
d) Tahap
I (Disc Mill I)
Mesin penggiling ini tidak
dilengkapi dengan ayakan dan berfungsi menghancurkan simplisia sehingga
diperoleh pecahan simplisia yang masih kasar. Kapasitas mesin ini sekitar 50
Kg. Hasil penggilingan Disc Mill I kemudian masuk ke Disc Mill II.
e) Tahap
II ( Disc Mill II)
Mesin ini sudah dilengkapi saringan
80 mesh. Hasil dari tahap penggilingan II sudah berupa sebuk agak kasar yang
disebut tetes. Hasil penggilingan mengalami susut berat dari 200 Kg menjadi ±
180 Kg. Hasil penggilingan tahap ini kemudian diayak menggunakan ayakan 80
mesh. Hasil penggilingan Disc Mill II kemudian masuk ke tahap III (Raymond)
f) Tahap
III (Raymond)
Mesin ini digunakan untuk
menggiling tetes yang tidak lolos pada proses pengayakan 80 mesh dan 100 mesh.
Prinsip kerja dari mesin penggiling ini adalah menggunakan gigi yang melingkar
dengan posisi horisontal dan dilengkapi alat vacum sedangkan tetes yang kasar
akan digiling lagi. Hasil penggilingan ini adalah serbuk yang sangat halus
seperti debu.
e. Pengayakan
Proses Pengayakan dilakukan setelah
penggilingan. Proses ini bertujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusan serbuk
jamu. Proses pengayakan jamu dilakukan dengan mesin pengayak ukuran 100 mesh.
Apabila dari mesin pengayak terdapat serbuk yang tidak lolos maka akan
dikembalikan ke bagian penggilingan untuk diikutkan dalam proses penggilingan
berikutnya yang untuk sementara disimpan dalam tong plastik. Untuk sisa
terakhir diayak dengan ayakan manual dengan tetap menggunakan ukuran kehalusan
yang sama. Serbuk yang tidak lolos melalui ayakan manual merupakan ampas. Di
Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki dua buah mesin pengayak yang digunakan
untuk mengayak dua bahan yang berbeda yaitu untuk mengayak jamu pahitan seperti
sambiloto dan jamu selain pahitan misalnya rimpang, biji, daun, dll.
f. Pencampuran
I
Pada pencampuran I ini merupakan
pencampuran berbagai bahan berkhasiat untuk jamu dan untuk menghasilkan
campuran serbuk jamu yang seragam atau homogen. Proses pencampuran ini
menggunakan mixer, yang berfungsi untuk mencampur dan menghomogenkan serbuk
jamu. Pada proses ini juga dilakukan penambahan bahan-bahan yang diperlukan,
misalnya menthol sebagai bahan tambahan khasiat dan bahan-bahan tambahan lain
yang dibutuhkan. Hasil dari campuran merupakan jamu setengah jadi yang kemudian
akan diujikan di laboratorium dalam bentuk sampel. Pengujian sampel dilakukan
di laboratorium Universitas Setia Budi. Karena di perusahaan ini belum
mempunyai laboratorium sehingga bekerjasama dengan Universitas Setia Budi. Pengujian
di laboratorium yang dilakukan antara lain meliputi:
1)
Organoleptik
Uji organoleptik meliputi pengujian
terhadap bentuk, warna, bau, rasa dan tanda-tanda yang dapat dilihat dengan
kasat mata.
2)
Mikroskopik
Uji mikroskop meliputi pemeriksaan
terhadap benda-benda asing yang terdapat pada serbuk jamu yang tidak dapat
dilihat dengan kasat mata.
3)
Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang
terdapat pada bahan. Air tersebut dapat berasal dari kandungan awal simplisia,
penyerapan uap air pada saat produksi maupun saat berada pada peredaran atau
masa tunggu produk dalam penyimpanan (waktu delay). Persyaratan kadar air yang
ditetapkan oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon yaitu kurang dari 10%.
4)
Kadar Abu
Penetapan kadar abu merupakan suatu
cara untuk mengetahui kandungan mineral serbuk dengan cara menghitung sisa
pembakaran. Persyaratan kadar abu yang ditetapkan yaitu sekitar 9%.
5)
Cemaran Mikroba Dan Jamur
Uji cemaran mikroba dan jamur
dilakukan pada semua bentuk sediaan jamu, baik serbuk maupun pil. Uji cemaran
ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroba pathogen dan jamur
penghasil aflatoksin.
6)
Keseragaman Berat
Keseragaman berat perlu
diperhatikan agar ketepatan takaran dapat terpenuhi dan menjaga kualitas produk
kepada konsumen dari berat jamu. Keseragaman berat di Perusahaan Jamu Sabdo
Palon dapat diukur secara otomatis oleh mesin pengemas. Akan tetapi untuk
mengetahui ketepatan beratnya pun masih menggunakan timbangan ukur.
7)
Khasiat
Uji dilakukan untuk mengetahui
kandungan atau khasiat dari berbagai resep jamu yang telah dibuat oleh
Perusahaan Jamu Sabdo Palon. Hasil dari pencampuran I yang sudah dinyatakan
lolos beberapa pengujian laboratorium seperti pada keterangan diatas, sudah
merupakan sediaan jamu dalam serbuk yang kemudian dapat dilakukan pengemasan
dan pelabelan sebagai tindakan akhir produksi jamu dalam bentuk serbuk. Apabila
akan dilakukan perlakuan produksi jamu dalam bentuk pil maka dilakukan tindakan
selanjutnya yakni pencampuran II, pemadatan, pencetakan sampai dengan Coating.
g. Pencampuran
II
Setelah diperoleh homogenitas
serbuk jamu, selanjutnya jamu dibuat adonan sebelum nantinya dilakukan proses
pencetakan pil. Dalam pencampuran yang kedua ini, Perusahaan Jamu Sabdo Palon
menggunakan mesin mixer dengan kapasitas 5Kg. Dalam pencampuran ini ditambahkan
air serta pelekat dari glugus (kembang gula) dan pati secukupnya. Penambahan
glugus ini berfungsi agar saat pencetakan pil tidak mudah pecah. Sedangkan
penambahan pati ditujukan agar saat dokonsumsi, pil mudah dicerna dan cepat
larut dalam tubuh. Berikut adalah gambar mixer untuk pencampuran II
h. Pemadatan
Pemadatan dilakukan setelah proses
pembuatan adonan. Pemadatan ini dimaksudkan agar adonan jamu menjadi padat
sehingga memudahkan proses pencetakan pil. Prinsip kerja dari mesin pemadat ini
hapir sama dengan penggiling daging. Proses pemadatan untuk 5 kg adonan
dibutuhkan waktu selama ± 3 menit.
i.
Pencetakan Pil
Adonan jamu yang telah dipadatkan
dengan mesin pemadat, selanjutnya diproses menjadi jamu dalam bentuk pil. Dalam
membuat jamu pil ini menggunakan bantuan mesin pencetak pil. Mesin pencetak
yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon mempunyai kapasitas produksi 5
kg/jam.
j.
Sortasi Pil
Sortasi pil ini ditujukan untuk
memperoleh keseragaman bentuk pil. Dalam sortasi dilakukan secara manual dengan
menggunakan bantuan ayakan kecil untuk menghilangkan pil-pil yang pecah atau
tidak utuh. Selain itu juga dilakukan pemilihan pil yang pecah ataupun tidak
dan pil yang bulat ataupun tidak. Apabila ada pil yang pecah dan tidak bulat
maka dimasukkan kembali ke mesin pencetak untuk dilakukan pencetakan
ulang.Namun, kalau pil lolos akan dilakukan proses selanjutnya.Kelemahan dari
proses sortasi secara manual ini adalah pada saat melakuakan sortasi karyawan
masih menggunakan tangan telanjang sehingga kebersihan pil kurang terjaga.
Supaya pil tetap bersih dan steril hendaknya pada saat sortasi, meskipun secara
manual harus menggunakan sarung tangan dan masker supaya pil tidak
terkontaminasi. Proses sortasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar Kegiatan Sortasi Pil Secara
Manual Di perusahaan Jamu Sabdo Palon
k. Coating
Pil yang lolos seleksi selanjutnya
dimasukkan ke dalam mesin coating. Dalam proses ini ditujukan untuk
menghaluskan dan melicinkan bulatan-bulatan pil dan lama waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh hasil yang baik ± 30 menit. Pada proses ditambahkan propilen
glycol yang berfungsi sebagai pengkilap supaya pil tidak melekat antara yang
satu dengan yang lainnya di dalam kemasan. Mesin coating di Perusahaan Jamu
Sabdo Palon memiliki kapasitas maksimal 30 kg dan memiliki kapasitas minimal
agar diperoleh hasil yang baik adalah 25 kg.
l.
Pengovenan
Bulatan utuh yang telah dimasukkan
ke dalam coating kemudian dioven selama 48 jam sampai kering dengan suhu
rata-rata 60C. Dalam pengovenan menggunakan suhu yang sedang agar pil
benar-benar kering sampai dalam dan bulatan-bulatan pil tetap utuh. Jika dalam
pengovenan suhu yang digunakan terlalu tinggi maka bulatan pil akan retak dan
bagian luarnya akan cepat kering sedangkan bagian dalamnya basah.
m. Coating
dan Spray Dryer
Setelah pil dioven, selanjutnya
dilakukan coating yang kedua. Pada coating yang kedua ini juga ditambahkan
propilen glycol. Penggunaan propilen glycol ini ditujukan agar pil kelihatan
mengkilap. Untuk membantu mempercepat proses pengeringan pil maka dalam proses
coating yang kedua ini ditambahkan spray dryer. Dalam coating yang kedua ini
membutuhkan waktu ± 2 ½ jam. Setelah pil diangin-
anginkansebentarkemudiandimasukkankedalamtempat penyimpanan. Ini adalah proses
akhir dari pembuatan jamu dalam bentuk pil sebelum dilakukan pengemasan dan
pelabelan yang diharapkan mempunyai kualitas tinggi dan dapat dipercaya oleh
konsumen sebagai produk andalan.
n. Proses
Pengemasan dan Pelabelan
PT. Sabdo Palon dalam usahanya
untuk menarik perhatian konsumen, selain memperhatikan mutu dari produk yang
dihasilkan juga memperhatikan penampilan dari produk, yaitu dengan memberikan
kemasan yang dirasa menarik bagi konsumen. Dalam hal pengemasan pun PT. Sabdo
Palon juga memenuhi 3 tujuan dilakukannya pembungkusan, yaitu :
1)
Untuk melindungi produk selama
distribusi dan selama dipakai oleh konsumen.
2)
Untuk memberi perbedaan antara produknya
dengan produk yang lain, dalam hal industrial oprating supplies, kebanyakan
pembeli merasa bahwa suatu brand yang terkenal sama baiknya dengan yang lain.
3)
Untuk mendapatkan laba, hal ini
dimaksudkan bahwa suatu pembungkus yang menarik akan meningkatkan keinginan
konsumen walaupun hanya untuk mendapatkan pembungkus yang khas itu, sehingga
pertambahan harga yang diakibatkan akan melebihi biaya pembungkusan itu
sendiri.
Pengemasan
yang dilakukan di PT. Sabdo Palon pada setiap produk yang dihasilkan
berbeda-beda mulai dari pengemasan primer yaitu pengemasan yang berhubungan
langsung dengan produk, kemasan sekunder yaitu kemasan yang melapisi kemasan
primer supaya tidak mudah terkontaminasi, sedangkan kemasan tersier biasa
digunakan untuk menjaga keutuhan dan untuk mencegahkerusakan saat produk
didistribusikan. Pengemasan yang dilakukan ada beberapa perlakuan sesuai dengan
jenis karakteristik produk yang dihasilkan
3. Jamu
Instan
|
|
|
|
|
Peracikan
|
|
|
|
|
|
|
|
Penggilingan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengambilan Sari
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengekstrakan
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengemasan
|
|
|
|
|
|
a. Peracikan
Peracikan jamu instan ini dari
bahan baku yang masih segar. Berbeda dari dua produk jamu sebelumnya yaitu
menggunakan bahan baku yang sudah kering. Dar bahan baku yang masih segar
diracik sesuai dengan produk yang ingin dibuat.
b. Penggilingan
Setelah diracik, lalu digiling
dimesin penggilingan. Saat proses penggilingan ini akan keluar air dari bahan
baku yang masih segar tersebut. Air sari tersebut yang akan dijadikan jamu
instan.
c. Pengambilan
Sari
Yaitu proses pengambilan air hasil
gilingan sebelumnya.
d. Pengekstrakan
Setelah mendapatkan air sari, lalu
dicampur dengan bahan pendukung seperti gula lalu dibuat ekstrak atau menjadi
bubuk.
e. Pengemasan
Setelah itu dikemas sesuai dengan
jenis produknya. Setelah produk dikemas, diserahkan ke gudang.
4. Dokumen
Dokumen pencatatan di
bagian pembuatan jamu serbuk
Dokumen tentang kartu
pemeriksaan produk selesai
C. Prosedur
Pengelolaan Persediaan
1. Pengadaan
Bahan Baku
a. Pesan
kepada supplier
Di PT. Sabdo Palon bahan dasar
simplisia sebagian besar berasal dari pedagang (leveransir) maupun pemasok
misalkan dari daerah Malang, Tawangmangu, Boyolali, Karanganyar dan Wonogiri
serta sebagian kecil berasal dari kebun Perusahaan Jamu Sabdo Palon. Bahan baku
yang diperoleh dari pedagang maupun pemasok sudah dalam bentuk rajangan
simplisia kering. Bahan baku yang akan dibeli diperiksa terlebih dahulu oleh
pengelola bagian produksi apabila telah memenuhi persyaratan sesuai permintaan
pengelola bagian produksi maka dilakukan negosiasi harga. Apabila harga cocok,
maka dilakukan pemesanan dan pembelian yang jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan
baku yang masuk dicatat pada buku penerimaan bahan kemudian dibuat laporan
penerimaan yang diserahkan kepada bagian administrasi, setelah itu dilakukan
pembayaran. Bahan baku yang sudah dicatat dalam buku penerimaan dimasukkan
dalam gudang bahan kotor
b. Penawaran
langsung
Biasanya ada penjual atau sales empon-empon yang datang ke
perusahaan. Apabila cocok langsung dibeli.
2.
Penerimaan Bahan Baku
Apabila
barang yang dipesan sudah datang, maka perusahaan akan menerima barang. Setelah
menerima barang, perusahaan mengecek terlebih dahulu apakah barang yang dikirim
sudah sesuai dengan pesanan atau tidka. Apabila barang tidak sesuai dengan
pesanan, maka langsung diretur, barang yang sudah sesuai lalu dimasukkan ke
gudang.
3.
Sebelum diproduksi
bahan baku ada yang dijemur dulu sebagai bahan
dasar pembuatan jamu serbuk dan jamu pil. Lalu setelah dijemur, bahan baku ini
menjadi bahan dasar, setelah itu dimasukkan kegudang dengan menggunakan karung
goni.
4.
Pemakaian bahan baku
Pemakaian
bahan baku menggunakan metode FIFO. Karung goni yang ada digudang diberi label,
label yang pertama kali maka akan digunakan pertama kali.
5.
Pengelolaan Barang Dalam Proses
Barang
dalam proses dikelola oleh depatemen yang bersangkutan. Pemakaian bahan bakunya
diambil dari gudang bahan baku kering yang berada didalam tong dengan metode
FIFO. Bukti yang diguanakan yaitu bukti permintaan pemakaian bahan baku.
Setelah itu, proses selanjutnya diurus oleh departemen yang bersangkutan,
misalnya depatemen jamu instan. Lalu bahan baku ini diproses dari step satu ke
step selanjutnya tanpa ada bukti transaksi. Setelah selesai menjadi produk
jadi, baru dicatat dan disetorkan ke gudang.
6.
Pengelolaan Produk Selesai
Pencatatan
produk selesai dilakukan oleh departemen produksi yang bersangkutan. Misalnya
departemen jamu instan telah memiliki persediaan produk selesai pada hari itu,
langsung dicatat ke departemen itu, kemudian disetorkan ke departemen pusat
dengan menggunakan tanda terima barang. Lalu produk yang sudah selesai
diproduksi langsung dibawa ke gudang penyimpanan produk selesai.
Dalam penjualan produk selesai ini
tidak semua produk dijual, akan tetapi perusahaan juga menyimpan beberapa stok
barang agar perusahaan tidak kehabisan stok produk selesai. Hal ini dikarenakan
penjualan produk ini dilakukan secara kredit maupun tunai, dalam jumlah
besarmaupun kecil. Sehingga ketika semua produk dijual, dan saat itu bahan baku
susah didapat, dikhawatirkan akan mengganggu kelangungan usaha jamu ini.
7. Dokumen
Tanda terima barang jadi
ke bagian gudang
D. Komponen
Beban Pemasaran Perusahaan
Dari observasi yang telah kami
lakukan, komponen beben pemasaran yang terdapat di PT Sabdo Palon ini
diantaranya :
1. Biaya
Gaji untuk sales
Sales
adalah
pegawai yang ditugaskan untuk mempromosikan produk dari PT Sabdo Palon. Pada
umumnya, sale ini mempromosikan produk saat ada acara di
sekolah-sekolah ataupun kegiatan-kegiatan diberbagai tempat.
2. Biaya
Transportasi
Biaya pengangkutan barang dari
gudang penjual ke gudang pembeli
3. Biaya
Pembuatan Kemasan Produk
Biaya pembuatan kemasan produk yang
sudah ada desainnya.
BAB III
PENGEMBANGAN BUKTI PRAKTIK
AKUNTANSI BIAYA
A. Dokumen
Proses Produksi
Pada Perusahaan Jamu di Sabdo Palon
sebenarnya sudah membuat dokumen proses produksi dan pengelolaan barang namun
masih sangat sederhana seperti yang sudah di jelaskan di BAB II. Dibawah ini
kami merekomendasikan dokumen proses produksi dan pengelolaan persediaan yang
lebih komplek dan jelas karena PT Sabdo Palon sendiri sudah merupakan
perusahaan yang besar sehingga memerlukan dokumen yang lebih komplek seperti
dibawah ini :
Produksi Jamu Serbuk,
Produksi Jamu Pil, Produksi Jamu Instan
a.
Dokumen Kartu Harga Pokok-Produk
b.
Dokumen Permintaan Bahan Baku
c.
Dokumen saat pemakaian bahan baku
d.
Dokumen penyerahan barang dalam proses
e.
Dokumen Pencatatan Produk Selesai
f.
Dokumen tanda terima penyerahan produk
selesai
B. Dokumen
Pengelolaan Persediaan
a. Kartu
persediaan barang dagang di gudang
b. Dokumen
Pesan Bahan Baku
c. Dokumen
Permintaan Bahan Baku
d. Dokumen
Penerimaan bahan baku
e. Dokumen
Pemakaian bahan baku
f. Dokumen
Pengelolaan Barang Dalam Proses
g. Dokumen
untuk mencatat penerimaan produk selesai
h. Dokumen
untuk mencatat produk jadi yang sudah dikirim ke gudang pusat ( Tanda Terima
Barang )
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Prosedur produksi yang
dilakukan oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon ini sudah cukup testruktur. Tidak
hanya asal diproduksi, tetapi juga ada pengecekan kualitas produk. Hal inilah
yang penting bagi perusahaan obat dan makanan. Selain itu, prosedur pengelolaan
persediaan juga baik. Hanya saja kurangnya dokumen transaksi saat pemakaian
barang didepartemen yang bersangkutan, misalnya jamu instan, dicatat saat ambil
bahan baku dan saat produk sudah selesai sehingga tidak bisa mengidentifikasi
angka yang jelas dari proses tersebut. Mengenai beban pemasaran, perusahaan ini
juga kurang mengidentifikasi secara spesifik tentang beban pemasarannya.
B. Saran
Dari penyusun menyarankan :
1.
Dokumen bukti transaksi harus lengkap
meskipun masih sederhana
2.
Beban pemasaran harus diidentifikasi
dengan jelas untuk pengambilan keputusan yang baik
Saya baru saja mengajukan Pinjaman Mobil dari Tn. Pedro dan perusahaan pendanaan investasinya serta Pinjaman Tanpa Subsidi. Setelah melakukan riset pada beberapa pemberi pinjaman, saya memilih Discover karena mereka tampaknya menawarkan beberapa manfaat terbaik di pasar (pada saat ini) dengan suku bunga 2%. Hubungi Tn. Pedro di pedroloanss@gmail.com melalui whatsapp: +393510140339. untuk mengajukan jenis pinjaman apa pun.
ReplyDelete