Breaking News
Loading...
Friday 9 October 2015

LAPORAN OBSERVASI PERUSAHAAN INDUSTRI



LAPORAN OBSERVASI PERUSAHAAN INDUSTRI
“PT SABDO PALON”
Nguter, Sukoharjo
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya
Yang Diampu Oleh Dr. Susilaningsih, M.Bus.




Disusun oleh :

Catur Arumsari                                   K7413032
Febriani Melianawati                          K7413063
Titik Yuniati                                        K7413160

KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun masih memiliki banyak kesempatan untuk mensyukuri nikmat-Nya. Atas kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya pula penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil observasi di perusahaan industri menengah ini dengan baik. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing, Ibu Susi, yang telah membimbing penyusun dalam proses observasi maupun penyusunan laporan. Tak lupa kepada Perusahaan Jamu Sabdo Palon di Nguter, Kabupaten Sukoharjo yang sudah menerima penyusun untuk melakukan observasi di perusahaan tersebut dan untuk teman-teman seperjuangan yang turut memotivasi penyusun dalam menyelesaikan laporan ini.
Laporan observasi ini adalah  untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akuntansi Biaya”. Selain itu, kegiatan ini juga untuk menambah pengetahuan penyusun mengenai prosedur produksi, prosedur pengelolaan persediaan, dan komponen beban pemasaran di industri serta mengembangkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan proses tersebut.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang akan membuat perbaikan pada penyusun di tugas-tugas selanjutnya. Terimakasih.


Surakarta, 30 Mei 2015

         Penyusun,




DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................  i
Kata Pengantar ................................................................................................  ii
Daftar Isi .........................................................................................................  iii
BAB I Pendahuluan
  A.    Latar Belakang ....................................................................................  1
  B.     Rumusan Masalah ................................................................................  1
  C.     Tujuan................................................................................................... 2
BAB II Hasil Observasi
  A.    Keadaan Umum Perusahaan ……………………………………….. 3
  B.     Prosedur Produksi di PT Sabdo Palon................................................. 4
  C.     Prosedur Pengelolaan Persediaan di PT Sabdo Palon.......................... 19
  D.    Komponen Beban Pemasaran............................................................... 22
BAB III PENGEMBANGAN BUKTI AKUNTANSI BIAYA
  A.    Dokumen Proses Produksi ………………………………………….. 24  
  B.     Dokumen Pengelolaan Persediaan …………………………………. . 27
BAB IV PENUTUP
  A.    Kesimpulan ..........................................................................................  32
  B.     Saran ....................................................................................................  32
Lampiran
A.    Gambar Alat-alat produksi …………………………………………. 34
B.     Dokumentasi Kegiatan ……………………………………………... 35


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan aspek penting bagi manusia. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan formal meliputi sekolah di tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan nonformal meliputi kursus keahlian seperti menjahit, kursus memasak, dan lain-lain. Semua jenis pendidikan tersebut ditujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Akan tetapi tidak hanya sebatas itu saja, pendidikan utamanya bertujuan untuk adalah peningkatan iman dan taqwa serta pengembangan karakter peserta didik atau sering dikenal dengan 3 (tiga) aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam dunia pendidikan saat ini, diterapkan konsep teori dan praktik. Hal ini dilakukan untuk menunjang pengembangan ketiga aspek tersebut. Salah satu mata kuliah yang menuntut adanya praktik lapangan yaitu mata kuliah akuntansi biaya. Hal ini dikarenakan akuntansi biaya adalah mata kuliah yang cukup rumit, konsep dasar harus kuat, dan penerapan di dunia industri sangat beragam.
Meskipun lulusan dari pendidikan akuntansi diprioritaskan menjadi tenaga pendidik, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa lulusannya juga akan bekerja di bank dan industri. Sehingga pengalaman langsung di dunia usaha dan industri sangat dibutuhkan. Maka dari itu, tugas observasi mengenai sistem akuntansi biaya terkait prosedur produksi, pengelolaan persediaan, dan komponen beban pemasaran ini kami lakukan di salah satu perusahaan industri di Kabupaten Sukoharjo yaitu Perusahaan Jamu (PT) Sabdo Palon.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana deskripsi PT Sabdo Palon?
2.      Bagaimana prosedur produksi di PT Sabdo Palon?
3.      Bagaimana prosedur pengelolaan persediaan di PT Sabdo Palon?
4.      Apasaja komponen beban pemasaran di PT Sabdo Palon?
5.      Dokumen apasaja yang digunakan di PT Sabdo Palon terkait prosedur produksi dan persediaan?
6.      Dokumen apa yang disarankan untuk prosedur produksi dan persediaan?

C.       TUJUAN
1.      Mengetahui deskripsi PT Sabdo Palon
2.      Mengetahui prosedur produksi di PT Sabdo Palon
3.      Mengetahui prosedur pengelolaan persediaan di PT Sabdo Palon
4.      Mengetahui komponen beban pemasaran di PT Sabdo Palon
5.      Mengetahui dokumen apasaja yang digunakan di PT Sabdo Palon terkait prosedur produksi dan persediaan
6.      Mengetahui dokumen apa yang disarankan untuk prosedur produksi dan persediaan


BAB II
HASIL OBSERVASI

A.      Keadaan Umum Perusahaan
1.      Sejarah Perusahaan
Perusahaan jamu Sabdo Palon merupakan perusahaan yang bergerak dibidang obat-obatan tradisional atau disebut jamu. Perusahaan jamu Sabdo Palon didirikan sekitar tahun 1976 oleh bapak Giyanto di Jalan Raya Nguter Desa Gatak Rejo Rt.01 Rw.06 Nguter, Sukoharjo. Sebelum berbentuk perusahaan, pemilik memulai kiprahnya dengan pengadaan bahan jamu kecil-kecilan. Pemilik memasok bahan-bahan ke pengrajin jamu yang sudah banyak berdiri di wilayah Nguter. Melihat peluang pasar yang masih terbuka lebar, pemilik mencoba belajar dan meramu jamu, pada tahun 1979 mulai membuka usaha meramu jamu. Dengan keterbatasan modal yang dipunyai, maka pengelolaan atau pembuatan jamu masih menggunakan cara-cara tradisional, yaitu meramu bahan-bahan mentah dalam bentuk racikan dan belum berupa serbuk. Dalam pembuatan tersebut belum mesin tapi masih menggunakan tenaga manusia yang sebagian besar oleh keluarga sendiri dan hanya 1 – 2 dengan tenaga luar. Untuk pemasaran dengan membuka kios di pasar Nguter.
Usaha ini semakin lama semakin berkembang dan untuk lebih memantapkan usahanya, pimpinan mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian sebagai pengrajin jamu, yaitu pada tahun 1982. Dengan perkembangan usaha tersebut maka tenaga kerja tidak cukup kalau hanya mengandalkan tenaga kerja dari keluarga saja. Untuk itu pimpinan perusahaan Sabdo Palon mulai menerima tenaga kerja dari luar daerah setempat. Pada awal tahun 1993, Perusahaan Jamu Sabdo Palon membeli mesin pengemas jamu. Setelah 30 tahun berkiprah, Sabdo Palon berubah menjadi sebuah perusahaan besar. Proses pembuatan jamu sudah semakin modern dengan menggunakan mesin-mesin canggih. Produk-produk jamu Sabdo Palon bermanfaat untuk pria atau wanita, remaja atau orang tua, dalam keadaan sehat maupun sakit. Jamu-jamu Sabdo Palon dibuat dari bahan-bahan alami bersih dari zat-zat kimia berbahaya bagi tubuh manusia. Diramu oleh ahli yang menghasilkan jamu berkhasiat. Sekarang Sabdo Palon sudah mempekerjakan ribuan karyawan. Sabdo Palon mengembangkan usahanya guna mempromosikan produk-produknya. Jamu berkembang hampir di semua daerah di Jawa Tengah. Maksudnya, di setiap daerah bisa dipastikan ada penjaja jamu tradisional, baik yang dijajakan secara gendongan maupun yang dijual dalam bentuk kemasan. Kabupaten Sukoharjo termasuk salah satu daerah yang memiliki sentra industri jamu yang mampu menghidupkan perekonomian sebuah daerah. Sampai saat ini,pemasaran jamu buatan PT ini sudah tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah, diantaranya Klaten, Sragen, dan Solo.

2.      Identitas Perusahaan
a.       Nama Perusahaan             :  PT Sabdo Palon
b.      Alamat                             : Jalan Raya Nguter Desa Gatak Rejo Rt.01 Rw.06 Nguter, Sukoharjo
c.       Jenis Usaha                      : Industri (Manufaktur)


B.       Prosedur Produksi
PT Sabdo Palon memproduksi beberapa jenis jamu diantaranya jamu serbuk, jamu pil, dan jamu instan. Prosedur produksi untuk ketiga jenis jamu tersebut berbeda-beda. PT Sabdo Palon memiliki beberapa pabrik yang terpisah akan tetapi untuk proses produksi jamu tersebut berada disatu pabrik. Hanya saja tidak satu bangunan dengan bagian administrasi sehingga proses sampai ke gudangnya belum kami ketahui. Berikut adalah alur produksi dari pembuatan jamu :


1.      Jamu Serbuk





Pengeringan Bahan Baku
 = Belum ada dokumen



Peracikan
 = Belum ada dokumen



Pengeringan Singkat
 = Belum ada dokumen




Penggilingan
 = Belum ada dokumen




Pengayakan
 = Belum ada dokumen



Pengecekan Kualitas
 = Sudah ada dokumen (kartu pemeriksaan)



Pengemasan
 = Sudah ada ada dokumen (pencatatan produk)







a.       Pengeringan Bahan Baku
Pengeringan bahan baku adalah proses penjemuran bahan baku yang telah dipesan. Pengeringan ini dibantu oleh sinar matahari sehingga panas yang didapat sempurna dan proses pengeringannya baik
b.      Peracikan
Setelah bahan baku jamu diproses sampai diperoleh bahan baku yang kering dan bersih, maka proses selanjutnya adalah peracikan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula atau resep jamu yang telah ditentukan. Peracikan dilakukan apabila mendapatkan pesanan jamu sesuai dengan permintaan konsumen dan jenis jamu yang laku dipasaran. Untuk menjaga kerahasiaan formula, peracikan dilakukan sendiri oleh pemilik dan diserahkan kepada pihak bagian produksi yang termasuk keluarga pemilik perusahaan yang kemudian dilakukan penggilingan. Proses peracikan jamu di Perusahaan Jamu Sabdo Palon biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar, bahkan sampai berton-ton. Peracikan jamu dilakukan apabila ada permintaan pasar atau pemesanan jamu. Peracikan dilakukan dalam skala besar hal ini ditujukan untuk menghemat biaya transportasi pengiriman bahan baku dari Nguter ke tempat penggilingan di Giriwoyo
c.       Pengeringan Singkat
Pengeringan singkat ini dilakukan bersamaan dengan proses peracikan. Karena peracikan jamu dilakukan dalam jumlah yang besar di halaman pengeringan. Tujuan dari pengeringan singkat ini adalah untuk mengurangi jumlah kadar air yang dimungkinkan bertambah pada saat proses penyimpanan
d.      Penggilingan
Bahan baku yang sudah diracik sesuai dengan resep atau formulanya kemudian dimasukkan dalam gudang racikan untuk dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan ini dilakukan untuk mereduksi ukuran bahan. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon ada dua jenis penggilingan yaitu:
1)        Penggilingan untuk jamu pahitan (sambiloto), penggilingan ini dilakukan dengan mesin penggiling biasa karena tingkat kehalusan tidak begitu dipermasalahkan. Karena untuk jamu pahitan biasanya digunakan sebagai campuran jamu jenis godogan. Tenaga penggerak yang digunakan untuk menjalankan mesin penggiling ini adalah mesin Truk Fuso.
2)        Mesin penggiling untuk bahan-bahan baku berupa rimpang atau selain sambiloto. Pada proses penggilingan ini dilakukan di daerah Giriwoyo. Hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan masuk kesana. Hal ini ditujukan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan. Pada proses penggilingan ini ada tiga tahap yaitu:
a)      Tahap I (Disc Mill I)
Mesin penggiling ini tidak dilengkapi dengan ayakan dan berfungsi menghancurkan simplisia sehingga diperoleh pecahan simplisia yang masih kasar. Kapasitas mesin ini sekitar 50 Kg. Hasil penggilingan Disc Mill I kemudian masuk ke Disc Mill II.
b)      Tahap II ( Disc Mill II)
Mesin ini sudah dilengkapi saringan 80 mesh. Hasil dari tahap penggilingan II sudah berupa sebuk agak kasar yang disebut tetes. Hasil penggilingan mengalami susut berat dari 200 Kg menjadi ± 180 Kg. Hasil penggilingan tahap ini kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Hasil penggilingan Disc Mill II kemudian masuk ke tahap III (Raymond)
c)      Tahap III (Raymond)
Mesin ini digunakan untuk menggiling tetes yang tidak lolos pada proses pengayakan 80 mesh dan 100 mesh. Prinsip kerja dari mesin penggiling ini adalah menggunakan gigi yang melingkar dengan posisi horisontal dan dilengkapi alat vacum sedangkan tetes yang kasar akan digiling lagi. Hasil penggilingan ini adalah serbuk yang sangat halus seperti debu
e.       Pengayakan
Proses Pengayakan dilakukan setelah penggilingan. Proses ini bertujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusan serbuk jamu. Proses pengayakan jamu dilakukan dengan mesin pengayak ukuran 100 mesh. Apabila dari mesin pengayak terdapat serbuk yang tidak lolos maka akan dikembalikan ke bagian penggilingan untuk diikutkan dalam proses penggilingan berikutnya yang untuk sementara disimpan dalam tong plastik. Untuk sisa terakhir diayak dengan ayakan manual dengan tetap menggunakan ukuran kehalusan yang sama. Serbuk yang tidak lolos melalui ayakan manual merupakan ampas. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki dua buah mesin pengayak yang digunakan untuk mengayak dua bahan yang berbeda yaitu untuk mengayak jamu pahitan seperti sambiloto dan jamu selain pahitan misalnya rimpang, biji, daun, dll
f.       Pengecekan Kualitas
Setelah menjadi serbuk, lalu dibawa ke tempat bernama “Antara” sebelum dikemas untuk dicek dahulu kesesuaian takaran, kualitas, dan jumlahnya.
g.      Pengemasan
Setelah dicek, lalu dikemas. Kemasan yang digunakan tergantung dari jenis jamu apa yang dibuat, lalu setelah dikemas per biji kemudian dikemas perplastik yang isinya 5-10 biji lalu dimasukkan ke kardus.
2.      Jamu Pil






Pengeringan Bahan Baku




Peracikan





Pengeringan Singkat





Penggilingan





Pengayakan




Pencampuran I




Pencampuran II




Pemadatan




Pencetakan Pil




Sortasi Pil




Coating





Pengovenan




Coating dan Spray Dryer





Proses Pengemasan dan Pelabelan





a.       Pengeringan Bahan Baku
Pengeringan bahan baku adalah proses penjemuran bahan baku yang telah dipesan. Pengeringan ini dibantu oleh sinar matahari sehingga panas yang didapat sempurna dan proses pengeringannya baik.
b.      Peracikan
Setelah bahan baku jamu diproses sampai diperoleh bahan baku yang kering dan bersih, maka proses selanjutnya adalah peracikan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula atau resep jamu yang telah ditentukan. Peracikan dilakukan apabila mendapatkan pesanan jamu sesuai dengan permintaan konsumen dan jenis jamu yang laku dipasaran. Untuk menjaga kerahasiaan formula, peracikan dilakukan sendiri oleh pemilik dan diserahkan kepada pihak bagian produksi yang termasuk keluarga pemilik perusahaan yang kemudian dilakukan penggilingan. Proses peracikan jamu di Perusahaan Jamu Sabdo Palon biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar, bahkan sampai berton-ton. Peracikan jamu dilakukan apabila ada permintaan pasar atau pemesanan jamu. Peracikan dilakukan dalam skala besar hal ini ditujukan untuk menghemat biaya transportasi pengiriman bahan baku dari Nguter ke tempat penggilingan di Giriwoyo.
c.       Pengeringan Singkat
Pengeringan singkat ini dilakukan bersamaan dengan proses peracikan. Karena peracikan jamu dilakukan dalam jumlah yang besar di halaman pengeringan. Tujuan dari pengeringan singkat ini adalah untuk mengurangi jumlah kadar air yang dimungkinkan bertambah pada saat proses penyimpanan.
d.      Penggilingan
Bahan baku yang sudah diracik sesuai dengan resep atau formulanya kemudian dimasukkan dalam gudang racikan untuk dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan ini dilakukan untuk mereduksi ukuran bahan. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon ada dua jenis penggilingan yaitu:
3)        Penggilingan untuk jamu pahitan (sambiloto), penggilingan ini dilakukan dengan mesin penggiling biasa karena tingkat kehalusan tidak begitu dipermasalahkan. Karena untuk jamu pahitan biasanya digunakan sebagai campuran jamu jenis godogan. Tenaga penggerak yang digunakan untuk menjalankan mesin penggiling ini adalah mesin Truk Fuso.
4)        Mesin penggiling untuk bahan-bahan baku berupa rimpang atau selain sambiloto. Pada proses penggilingan ini dilakukan di daerah Giriwoyo. Hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan masuk kesana. Hal ini ditujukan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan. Pada proses penggilingan ini ada tiga tahap yaitu:
d)     Tahap I (Disc Mill I)
Mesin penggiling ini tidak dilengkapi dengan ayakan dan berfungsi menghancurkan simplisia sehingga diperoleh pecahan simplisia yang masih kasar. Kapasitas mesin ini sekitar 50 Kg. Hasil penggilingan Disc Mill I kemudian masuk ke Disc Mill II.
e)      Tahap II ( Disc Mill II)
Mesin ini sudah dilengkapi saringan 80 mesh. Hasil dari tahap penggilingan II sudah berupa sebuk agak kasar yang disebut tetes. Hasil penggilingan mengalami susut berat dari 200 Kg menjadi ± 180 Kg. Hasil penggilingan tahap ini kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Hasil penggilingan Disc Mill II kemudian masuk ke tahap III (Raymond)
f)       Tahap III (Raymond)
Mesin ini digunakan untuk menggiling tetes yang tidak lolos pada proses pengayakan 80 mesh dan 100 mesh. Prinsip kerja dari mesin penggiling ini adalah menggunakan gigi yang melingkar dengan posisi horisontal dan dilengkapi alat vacum sedangkan tetes yang kasar akan digiling lagi. Hasil penggilingan ini adalah serbuk yang sangat halus seperti debu.
e.       Pengayakan
Proses Pengayakan dilakukan setelah penggilingan. Proses ini bertujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusan serbuk jamu. Proses pengayakan jamu dilakukan dengan mesin pengayak ukuran 100 mesh. Apabila dari mesin pengayak terdapat serbuk yang tidak lolos maka akan dikembalikan ke bagian penggilingan untuk diikutkan dalam proses penggilingan berikutnya yang untuk sementara disimpan dalam tong plastik. Untuk sisa terakhir diayak dengan ayakan manual dengan tetap menggunakan ukuran kehalusan yang sama. Serbuk yang tidak lolos melalui ayakan manual merupakan ampas. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki dua buah mesin pengayak yang digunakan untuk mengayak dua bahan yang berbeda yaitu untuk mengayak jamu pahitan seperti sambiloto dan jamu selain pahitan misalnya rimpang, biji, daun, dll.
f.       Pencampuran I
Pada pencampuran I ini merupakan pencampuran berbagai bahan berkhasiat untuk jamu dan untuk menghasilkan campuran serbuk jamu yang seragam atau homogen. Proses pencampuran ini menggunakan mixer, yang berfungsi untuk mencampur dan menghomogenkan serbuk jamu. Pada proses ini juga dilakukan penambahan bahan-bahan yang diperlukan, misalnya menthol sebagai bahan tambahan khasiat dan bahan-bahan tambahan lain yang dibutuhkan. Hasil dari campuran merupakan jamu setengah jadi yang kemudian akan diujikan di laboratorium dalam bentuk sampel. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Universitas Setia Budi. Karena di perusahaan ini belum mempunyai laboratorium sehingga bekerjasama dengan Universitas Setia Budi. Pengujian di laboratorium yang dilakukan antara lain meliputi:
1)        Organoleptik
Uji organoleptik meliputi pengujian terhadap bentuk, warna, bau, rasa dan tanda-tanda yang dapat dilihat dengan kasat mata.
2)        Mikroskopik
Uji mikroskop meliputi pemeriksaan terhadap benda-benda asing yang terdapat pada serbuk jamu yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.
3)        Kadar Air
Kadar air adalah banyaknya air yang terdapat pada bahan. Air tersebut dapat berasal dari kandungan awal simplisia, penyerapan uap air pada saat produksi maupun saat berada pada peredaran atau masa tunggu produk dalam penyimpanan (waktu delay). Persyaratan kadar air yang ditetapkan oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon yaitu kurang dari 10%.
4)        Kadar Abu
Penetapan kadar abu merupakan suatu cara untuk mengetahui kandungan mineral serbuk dengan cara menghitung sisa pembakaran. Persyaratan kadar abu yang ditetapkan yaitu sekitar 9%.
5)        Cemaran Mikroba Dan Jamur
Uji cemaran mikroba dan jamur dilakukan pada semua bentuk sediaan jamu, baik serbuk maupun pil. Uji cemaran ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroba pathogen dan jamur penghasil aflatoksin.
6)        Keseragaman Berat
Keseragaman berat perlu diperhatikan agar ketepatan takaran dapat terpenuhi dan menjaga kualitas produk kepada konsumen dari berat jamu. Keseragaman berat di Perusahaan Jamu Sabdo Palon dapat diukur secara otomatis oleh mesin pengemas. Akan tetapi untuk mengetahui ketepatan beratnya pun masih menggunakan timbangan ukur.
7)        Khasiat
Uji dilakukan untuk mengetahui kandungan atau khasiat dari berbagai resep jamu yang telah dibuat oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon. Hasil dari pencampuran I yang sudah dinyatakan lolos beberapa pengujian laboratorium seperti pada keterangan diatas, sudah merupakan sediaan jamu dalam serbuk yang kemudian dapat dilakukan pengemasan dan pelabelan sebagai tindakan akhir produksi jamu dalam bentuk serbuk. Apabila akan dilakukan perlakuan produksi jamu dalam bentuk pil maka dilakukan tindakan selanjutnya yakni pencampuran II, pemadatan, pencetakan sampai dengan Coating.
g.      Pencampuran II
Setelah diperoleh homogenitas serbuk jamu, selanjutnya jamu dibuat adonan sebelum nantinya dilakukan proses pencetakan pil. Dalam pencampuran yang kedua ini, Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan mesin mixer dengan kapasitas 5Kg. Dalam pencampuran ini ditambahkan air serta pelekat dari glugus (kembang gula) dan pati secukupnya. Penambahan glugus ini berfungsi agar saat pencetakan pil tidak mudah pecah. Sedangkan penambahan pati ditujukan agar saat dokonsumsi, pil mudah dicerna dan cepat larut dalam tubuh. Berikut adalah gambar mixer untuk pencampuran II
h.      Pemadatan
Pemadatan dilakukan setelah proses pembuatan adonan. Pemadatan ini dimaksudkan agar adonan jamu menjadi padat sehingga memudahkan proses pencetakan pil. Prinsip kerja dari mesin pemadat ini hapir sama dengan penggiling daging. Proses pemadatan untuk 5 kg adonan dibutuhkan waktu selama ± 3 menit.
i.        Pencetakan Pil
Adonan jamu yang telah dipadatkan dengan mesin pemadat, selanjutnya diproses menjadi jamu dalam bentuk pil. Dalam membuat jamu pil ini menggunakan bantuan mesin pencetak pil. Mesin pencetak yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon mempunyai kapasitas produksi 5 kg/jam.
j.        Sortasi Pil
Sortasi pil ini ditujukan untuk memperoleh keseragaman bentuk pil. Dalam sortasi dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan ayakan kecil untuk menghilangkan pil-pil yang pecah atau tidak utuh. Selain itu juga dilakukan pemilihan pil yang pecah ataupun tidak dan pil yang bulat ataupun tidak. Apabila ada pil yang pecah dan tidak bulat maka dimasukkan kembali ke mesin pencetak untuk dilakukan pencetakan ulang.Namun, kalau pil lolos akan dilakukan proses selanjutnya.Kelemahan dari proses sortasi secara manual ini adalah pada saat melakuakan sortasi karyawan masih menggunakan tangan telanjang sehingga kebersihan pil kurang terjaga. Supaya pil tetap bersih dan steril hendaknya pada saat sortasi, meskipun secara manual harus menggunakan sarung tangan dan masker supaya pil tidak terkontaminasi. Proses sortasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar Kegiatan Sortasi Pil Secara Manual Di perusahaan Jamu Sabdo Palon
k.      Coating
Pil yang lolos seleksi selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin coating. Dalam proses ini ditujukan untuk menghaluskan dan melicinkan bulatan-bulatan pil dan lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik ± 30 menit. Pada proses ditambahkan propilen glycol yang berfungsi sebagai pengkilap supaya pil tidak melekat antara yang satu dengan yang lainnya di dalam kemasan. Mesin coating di Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki kapasitas maksimal 30 kg dan memiliki kapasitas minimal agar diperoleh hasil yang baik adalah 25 kg.
l.        Pengovenan
Bulatan utuh yang telah dimasukkan ke dalam coating kemudian dioven selama 48 jam sampai kering dengan suhu rata-rata 60C. Dalam pengovenan menggunakan suhu yang sedang agar pil benar-benar kering sampai dalam dan bulatan-bulatan pil tetap utuh. Jika dalam pengovenan suhu yang digunakan terlalu tinggi maka bulatan pil akan retak dan bagian luarnya akan cepat kering sedangkan bagian dalamnya basah.
m.    Coating dan Spray Dryer
Setelah pil dioven, selanjutnya dilakukan coating yang kedua. Pada coating yang kedua ini juga ditambahkan propilen glycol. Penggunaan propilen glycol ini ditujukan agar pil kelihatan mengkilap. Untuk membantu mempercepat proses pengeringan pil maka dalam proses coating yang kedua ini ditambahkan spray dryer. Dalam coating yang kedua ini membutuhkan waktu ± 2 ½ jam. Setelah pil diangin- anginkansebentarkemudiandimasukkankedalamtempat penyimpanan. Ini adalah proses akhir dari pembuatan jamu dalam bentuk pil sebelum dilakukan pengemasan dan pelabelan yang diharapkan mempunyai kualitas tinggi dan dapat dipercaya oleh konsumen sebagai produk andalan.
n.      Proses Pengemasan dan Pelabelan
PT. Sabdo Palon dalam usahanya untuk menarik perhatian konsumen, selain memperhatikan mutu dari produk yang dihasilkan juga memperhatikan penampilan dari produk, yaitu dengan memberikan kemasan yang dirasa menarik bagi konsumen. Dalam hal pengemasan pun PT. Sabdo Palon juga memenuhi 3 tujuan dilakukannya pembungkusan, yaitu :
1)        Untuk melindungi produk selama distribusi dan selama dipakai oleh konsumen.
2)        Untuk memberi perbedaan antara produknya dengan produk yang lain, dalam hal industrial oprating supplies, kebanyakan pembeli merasa bahwa suatu brand yang terkenal sama baiknya dengan yang lain.
3)        Untuk mendapatkan laba, hal ini dimaksudkan bahwa suatu pembungkus yang menarik akan meningkatkan keinginan konsumen walaupun hanya untuk mendapatkan pembungkus yang khas itu, sehingga pertambahan harga yang diakibatkan akan melebihi biaya pembungkusan itu sendiri.
Pengemasan yang dilakukan di PT. Sabdo Palon pada setiap produk yang dihasilkan berbeda-beda mulai dari pengemasan primer yaitu pengemasan yang berhubungan langsung dengan produk, kemasan sekunder yaitu kemasan yang melapisi kemasan primer supaya tidak mudah terkontaminasi, sedangkan kemasan tersier biasa digunakan untuk menjaga keutuhan dan untuk mencegahkerusakan saat produk didistribusikan. Pengemasan yang dilakukan ada beberapa perlakuan sesuai dengan jenis karakteristik produk yang dihasilkan
3.      Jamu Instan




Peracikan





Penggilingan





Pengambilan Sari





Pengekstrakan





Pengemasan





a.       Peracikan
Peracikan jamu instan ini dari bahan baku yang masih segar. Berbeda dari dua produk jamu sebelumnya yaitu menggunakan bahan baku yang sudah kering. Dar bahan baku yang masih segar diracik sesuai dengan produk yang ingin dibuat.
b.      Penggilingan
Setelah diracik, lalu digiling dimesin penggilingan. Saat proses penggilingan ini akan keluar air dari bahan baku yang masih segar tersebut. Air sari tersebut yang akan dijadikan jamu instan.
c.       Pengambilan Sari
Yaitu proses pengambilan air hasil gilingan sebelumnya.
d.      Pengekstrakan
Setelah mendapatkan air sari, lalu dicampur dengan bahan pendukung seperti gula lalu dibuat ekstrak atau menjadi bubuk.
e.       Pengemasan
Setelah itu dikemas sesuai dengan jenis produknya. Setelah produk dikemas, diserahkan ke gudang.
4.      Dokumen 
                                 Dokumen pencatatan di bagian pembuatan jamu serbuk

                        
                              Dokumen tentang kartu pemeriksaan produk selesai

C.       Prosedur Pengelolaan Persediaan
1.      Pengadaan Bahan Baku
a.       Pesan kepada supplier
Di PT. Sabdo Palon bahan dasar simplisia sebagian besar berasal dari pedagang (leveransir) maupun pemasok misalkan dari daerah Malang, Tawangmangu, Boyolali, Karanganyar dan Wonogiri serta sebagian kecil berasal dari kebun Perusahaan Jamu Sabdo Palon. Bahan baku yang diperoleh dari pedagang maupun pemasok sudah dalam bentuk rajangan simplisia kering. Bahan baku yang akan dibeli diperiksa terlebih dahulu oleh pengelola bagian produksi apabila telah memenuhi persyaratan sesuai permintaan pengelola bagian produksi maka dilakukan negosiasi harga. Apabila harga cocok, maka dilakukan pemesanan dan pembelian yang jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan baku yang masuk dicatat pada buku penerimaan bahan kemudian dibuat laporan penerimaan yang diserahkan kepada bagian administrasi, setelah itu dilakukan pembayaran. Bahan baku yang sudah dicatat dalam buku penerimaan dimasukkan dalam gudang bahan kotor
b.      Penawaran langsung
Biasanya ada penjual atau sales empon-empon yang datang ke perusahaan. Apabila cocok langsung dibeli.
2.      Penerimaan Bahan Baku
Apabila barang yang dipesan sudah datang, maka perusahaan akan menerima barang. Setelah menerima barang, perusahaan mengecek terlebih dahulu apakah barang yang dikirim sudah sesuai dengan pesanan atau tidka. Apabila barang tidak sesuai dengan pesanan, maka langsung diretur, barang yang sudah sesuai lalu dimasukkan ke gudang.
3.      Sebelum diproduksi
 bahan baku ada yang dijemur dulu sebagai bahan dasar pembuatan jamu serbuk dan jamu pil. Lalu setelah dijemur, bahan baku ini menjadi bahan dasar, setelah itu dimasukkan kegudang dengan menggunakan karung goni.
4.      Pemakaian bahan baku
Pemakaian bahan baku menggunakan metode FIFO. Karung goni yang ada digudang diberi label, label yang pertama kali maka akan digunakan pertama kali.
5.      Pengelolaan Barang Dalam Proses
Barang dalam proses dikelola oleh depatemen yang bersangkutan. Pemakaian bahan bakunya diambil dari gudang bahan baku kering yang berada didalam tong dengan metode FIFO. Bukti yang diguanakan yaitu bukti permintaan pemakaian bahan baku. Setelah itu, proses selanjutnya diurus oleh departemen yang bersangkutan, misalnya depatemen jamu instan. Lalu bahan baku ini diproses dari step satu ke step selanjutnya tanpa ada bukti transaksi. Setelah selesai menjadi produk jadi, baru dicatat dan disetorkan ke gudang.
6.      Pengelolaan Produk Selesai
Pencatatan produk selesai dilakukan oleh departemen produksi yang bersangkutan. Misalnya departemen jamu instan telah memiliki persediaan produk selesai pada hari itu, langsung dicatat ke departemen itu, kemudian disetorkan ke departemen pusat dengan menggunakan tanda terima barang. Lalu produk yang sudah selesai diproduksi langsung dibawa ke gudang penyimpanan produk selesai.
Dalam penjualan produk selesai ini tidak semua produk dijual, akan tetapi perusahaan juga menyimpan beberapa stok barang agar perusahaan tidak kehabisan stok produk selesai. Hal ini dikarenakan penjualan produk ini dilakukan secara kredit maupun tunai, dalam jumlah besarmaupun kecil. Sehingga ketika semua produk dijual, dan saat itu bahan baku susah didapat, dikhawatirkan akan mengganggu kelangungan usaha jamu ini.
7.      Dokumen

                                               Dokumen pencatatan persediaan jamu batuk


                                    Tanda terima barang jadi ke bagian gudang

D.      Komponen Beban Pemasaran Perusahaan
Dari observasi yang telah kami lakukan, komponen beben pemasaran yang terdapat di PT Sabdo Palon ini diantaranya :
1.      Biaya Gaji untuk sales
Sales adalah pegawai yang ditugaskan untuk mempromosikan produk dari PT Sabdo Palon. Pada umumnya, sale  ini mempromosikan produk saat ada acara di sekolah-sekolah ataupun kegiatan-kegiatan diberbagai tempat.
2.      Biaya Transportasi
Biaya pengangkutan barang dari gudang penjual ke gudang pembeli
3.      Biaya Pembuatan Kemasan Produk
Biaya pembuatan kemasan produk yang sudah ada desainnya.
 
BAB III
PENGEMBANGAN BUKTI PRAKTIK AKUNTANSI BIAYA

A.      Dokumen Proses Produksi
Pada Perusahaan Jamu di Sabdo Palon sebenarnya sudah membuat dokumen proses produksi dan pengelolaan barang namun masih sangat sederhana seperti yang sudah di jelaskan di BAB II. Dibawah ini kami merekomendasikan dokumen proses produksi dan pengelolaan persediaan yang lebih komplek dan jelas karena PT Sabdo Palon sendiri sudah merupakan perusahaan yang besar sehingga memerlukan dokumen yang lebih komplek seperti dibawah ini :
Produksi Jamu Serbuk, Produksi Jamu Pil, Produksi Jamu Instan
a.         Dokumen Kartu Harga Pokok-Produk

b.        Dokumen Permintaan Bahan Baku

c.         Dokumen saat pemakaian bahan baku

d.        Dokumen penyerahan barang dalam proses

e.         Dokumen Pencatatan Produk Selesai

f.         Dokumen tanda terima penyerahan produk selesai


B.       Dokumen Pengelolaan Persediaan
a.       Kartu persediaan barang dagang di gudang

b.      Dokumen Pesan Bahan Baku

c.       Dokumen Permintaan Bahan Baku

d.      Dokumen Penerimaan bahan baku

e.       Dokumen Pemakaian bahan baku
 
f.       Dokumen Pengelolaan Barang Dalam Proses
 
g.      Dokumen untuk mencatat penerimaan produk selesai

h.      Dokumen untuk mencatat produk jadi yang sudah dikirim ke gudang pusat ( Tanda Terima Barang )


BAB IV
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan

Prosedur produksi yang dilakukan oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon ini sudah cukup testruktur. Tidak hanya asal diproduksi, tetapi juga ada pengecekan kualitas produk. Hal inilah yang penting bagi perusahaan obat dan makanan. Selain itu, prosedur pengelolaan persediaan juga baik. Hanya saja kurangnya dokumen transaksi saat pemakaian barang didepartemen yang bersangkutan, misalnya jamu instan, dicatat saat ambil bahan baku dan saat produk sudah selesai sehingga tidak bisa mengidentifikasi angka yang jelas dari proses tersebut. Mengenai beban pemasaran, perusahaan ini juga kurang mengidentifikasi secara spesifik tentang beban pemasarannya.

B.     Saran
Dari penyusun menyarankan :
  1.      Dokumen bukti transaksi harus lengkap meskipun masih sederhana
  2.      Beban pemasaran harus diidentifikasi dengan jelas untuk pengambilan keputusan yang baik

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer